Posted by
Unknown
|
0
comments
Pantai drini yang Tenang dengan Pulau Karang
PANTAI DRINI
Pantai yang Tenang dengan Pulau Karang
Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
Sebuah pulau karang di bibir pantai membelah Pantai Drini
menjadi dua bagian dengan karakter bertolak belakang. Sisi Timur yang tenang
dan bagian Barat yang garang, membuat Pantai Drini menjadi sebuah pantai
berkarakter ganda.
Aroma laut mulai tercium saat Penulis menyusuri jalanan
mulus di pinggiran Gunungkidul, pertanda kami semakin dekat dengan pantai. Dua
jam berkendara dari Jogja terbayar lunas ketika kami tiba di Pantai Drini.
Matahari belum lagi garang, masih berbaik hati melukis langit biru, menjadikannya
latar untuk hamparan pasir putih. Sementara sebuah pulau karang mengapung
kesepian di tengah samudera.
Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir
Gunungkidul karena sebuah pulau kecil di tengahnya, membagi pantai menjadi dua
bagian. Konon di pulau tersebut banyak ditumbuhi santigi (Pemphis acidula),
atau masyarakat di sini biasa menyebutnya drini. Itulah kenapa pantai dan pulau
ini diberi nama drini. Bila laut sedang surut, kita bisa pergi ke pulau. Tak
perlu menjadi climber untuk memanjat karang, karena tangga beton rela dipijak
demi mengantar kita ke atas. Dari sini, pandangan kita bisa menyisir seluruh
Pantai Drini, melihat gunungan alang-alang atap gazebo hingga deretan perahu
nelayan. Semua tampak mungil, seperti miniatur bikinan kurcaci. Kini, tak ada
lagi pohon drini, yang ada hanyalah pandan laut (Pandanus tectorius) memenuhi
setiap jengkal tanah, berebut hidup dengan rerumputan. Saat Penulis ke sana,
ada seorang bapak tua asyik nembang Jawa sambil mencari rumput untuk pakan
ternak. Terdengar seperti seorang penyanyi yang diiringi musik orkestra alam.
Ah, betapa damainya...
Pulau ini juga sekaligus memisahkan sisi Timur dan Barat
pantai menjadi dua karakter yang berbeda. Bagaikan manusia berkepribadian
ganda, satu sisi tenang dan lembut, sementara sisi lainnya keras dan garang. Di
Timur pantai, tebing-tebing berbaris gagah, berdiri angkuh seolah menantang
penguasa laut. Dipadu dengan pulau karang, maka sebuah laguna yang elok pun
terbentuk. Terjaga dari amukan ombak, menjadikannya tempat nyaman untuk mandi
hangat air asin, bagaikan berada di bath tub raksasa, melemaskan otot yang
lelah menyusuri pulau karang. Komposisi air berwarna biru kehijau-hijauan,
dengan dinding dan pulau karang mengelilingi, serta beratap langit biru,
ditambah pandangan bebas menuju lautan lepas, mengalahkan fasilitas spa dari
salon manapun di muka bumi. Sambil menikmati pijatan air laut, akuarium alam
yang mengoleksi beragam biota laut selalu menemani. Gerombolan Ikan jenis Goby
Pasir, Jambrong, dan Sergeant Major tampak bermain petak umpet, berkejaran satu
sama lain di sela karang, saling bersembunyi dari teman sepermainannya.
Di bagian tengah pantai, sejalur dengan arah menuju pulau,
ada sesuatu yang menarik. Kumpulan tipis pasir hitam berdiameter sangat halus
tanpa malu-malu menerobos dominasi pasir putih. Bila mata tak awas, niscaya
bagian ini akan terlewat. Menurut penelitian, dahulu ada sungai bawah tanah
bermuara di Pantai Drini. Alirannya membawa pasir hitam yang sekarang masih
bisa dilihat.
Sisi Barat pantai punya pesona tak kalah eksotis; deretan
perahu bercadik tertambat, beristirahat sejenak setelah semalaman bergelut
dengan ombak laut Selatan. Satu dua nelayan terlihat menebar jala ke air,
berharap ada ikan yang sudi mendatangi, menyerahkan diri untuk menyambung hidup
keluarga nelayan. Ya, Pantai Drini juga merupakan kampung nelayan tradisional.
Karakter ombak yang lebih kuat dan langsung menuju samudera tanpa karang
menghalangi, menjadi tempat yang tepat bagi para nelayan untuk jalur berangkat
dan pulang melaut.
Lelah berkeliling pantai, marilah beristirahat di
gazebo-gazebo kayu beratap ilalang. Menikmati kesegaran air kelapa muda sebagai
penghilang dahaga sembari menunggu ikan hasil tangkapan nelayan matang dibakar.
Berekreasi ke Pantai Drini seolah datang ke ahli terapi. Memulihkan lelah di
kaki, juga di hati.
Sumber YogYES.COM
0 comments: